Menurut survei terbaru, 85 persen manusia menyukai gosip dan 10 persen lagi tidak tahan untuk menyimpan rahasia. "Gosip meningkatkan level hormon positf seperti serotonin, mengurangi stres dan rasa gelisah," ujar Psikolog Dr Colin Gill, Minggu (5/12).
"Karena dalam gosip kita tertarik dengan apa yang orang lain katakan. Dan rasa keterikatan dengan mereka membuat kita merasa bahagia, melepas zat-zat kimia yang baik."
Gosip, kata Dr Gill lagi, melibatkan banyak tertawa. Inilah yang membantu tubuh melepas zat kimia 'gembira' ke otak. Bahkan membantu pergerakan otot juga. Selain itu, membagi informasi tentang sesuatu juga meningkatkan sisi emosional dan sosial seseorang.
Gosip juga membantu seseorang menilai apakah isi pembicaraan menarik bagi lawan bicara. Misalkan saat Anda bicara, orang yang diajak bicara malah mengerenyitkan dahi, maka Anda bisa tahu jika ada yang salah dengan pembicaraan itu.
Namun, gosip juga bukannya tanpa masalah. Sebab hal-hal yang dibicarakan cenderung negatif dan kerap bukan fakta yang sebenarnya. Yang menyedihkan, orang yang bergosip yakin jika gosip itu adalah nyata.
Inilah yang membuat gosip bisa meruntuhkan reputasi seseorang. Tapi masyarakat tetap mempertahankan tradisi ini karena -diakui atau tidak- orang lebih senang mendengar orang lain susah. [Lily Ng / Padang / Sumbar / Tionghoanews]