Organisasi kesehatan dunia memprediksi akan ada 21 juta kasus kanker baru pada 2030. (Kompas, 20/9/2011). Kanker serviks merupakan keganasan nomor dua terbanyak pada perempuan di seluruh dunia setelah kanker payudara. Berdasarkan catatan WHO tahun 2009 menggambarkan bahwa angka kematian yang disebabkan oleh karena kanker serviks di seluruh dunia diperkirakan mencapai 7,6 juta jiwa. Tingginya angka kejadian penyakit ini membutuhkan biaya yang besar untuk penanganannya. Angka kematian dan kesakitan kanker serviks dapat ditekan dengan dilakukannya metode skrining pap smear, DNA virus human papilloma dan vaksinasi HPV (human papilloma virus).
Telah diketahui bahwa penyebab kanker serviks adalah virus human papilloma (HPV) yang dapat berakibat dari mulainya timbul kutil pada kelamin (genital warts) sampai kanker serviks. Ada sekitar 40 jenis/serotype virus human papilloma yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Beberapa diantaranya dapat menyebabkan kanker serviks yaitu serotipe 16 dan serotipe 18.
Hampir 90% perempuan pada masa hidupnya akan terinfeksi oleh virus human papilloma, sebagian besar akan sembuh total dan sisanya akan mengalami infeksi kronis yang dapat berkembang menjadi keganasan atau kanker serviks. Faktor-faktor risiko yang akan membuat perempuan menjadi lebih rentan mengalami infeksi virus human papilloma adalah usia muda ketika hubungan seks pertamakali.
Individu pada usia muda (di bawah usia 21 tahun), sel-sel serviks sedang mengalami perubahan untuk menjadi sel dewasa di daerah (zona) transformasi (Gambar 1). Sel-sel yang sedang aktif mengalami transformasi ini merupakan tempat yang subur untuk virus human papiloma. Oleh karena itu berhubungan intim pada perempuan usia muda akan berisiko terinfeksi oleh virus human papilloma.
Setelah usia dewasa hingga lanjut usia (21 tahun - 65 tahun), sel-sel serviks sudah menjadi sel yang matang atau dewasa. Sel-sel dewasa ini memiliki sifat yang tahan dalam menghadapi infeksi virus human papilloma. Sehingga pencegahan dengan vaksinasi lebih tepat dilakukan pada wanita dengan usia muda yaitu ketika sel-sel serviks sedang mengalami proses pematangan yang rentan terhadap infeksi virus human papilloma.
Beberapa jenis vaksinasi kanker serviks telah masuk Indonesia. Biaya yang ditawarkan untuk sekali suntik vaksin ini relatif mahal untuk masyarakat Indonesia secara umum. Padahal vaksin ini baru dikatakan efektif jika sudah diberikan vaksinasi sebanyak tiga kali. Rata-rata harga satu kali vaksin HPV adalah US 130 atau sekitar 1,1 juta rupiah. Target dari vaksinasi kanker serviks adalah wanita usia 9-26 tahun, dikarenakan proses pematangan sel serviks yang terjadi pada rentang usia tersebut.
Pap smear adalah metode pencegahan kanker serviks yang telah dilakukan sejak tahun 1943. Hingga saat ini, pemeriksaan ini terus dilakukan sebagai skrining awal kanker serviks. Anjuran untuk pemeriksaan ini adalah pemeriksaan pap smear untuk perempuan tiga tahun setelah melakukan hubungan seksual pertamakali (tidak kurang dari 21 tahun), kemudian dilakukan secara berkala tiap dua tahun hingga usia enam puluh lima tahun.
Kesimpulan, Vaksinasi virus human papilloma telah diteliti dan mampu mencegah kanker serviks, anjuran yang ada sekarang adalah pemberian vaksinasi pada perempuan usia 9-26 tahun. Meskipun demikian pemeriksaan berkala dengan sitologi (pap smear) tetap harus dilakukan mengingat rentang usia yang dapat diberikan vaksinasi dan vaksinasi kaker serviks tidak memberikan perlindungan terhadap semua jenis virus human papilloma. Pada kasus di atas (perempuan 41 th) dapat disimpulkan bahwa pemberian vaksin pada pasien tersebut kurang tepat melainkan yang sebaiknya dilakukan adalah pemeriksaan pap smear secara berkala (tiap 2 tahun hingga umur 65 th). [Yanti Ng / Jakarta / Tionghoanews]
Keterangan gambar : Proses perkembangan sel serviks dari lahir – dewasa muda – dewasa. Warna biru (zona transformasi) merupakan daerah yang rentan terinfeksi virus human papilloma.