Penelitian ini mengamati 262 remaja yang rata-rata berusia 17 tahun, diukur berdasarkan rasa kantuk di siang hari, depresi, dan kecanduan karbohidrat.
Laporan utama menemukan mereka yang lebih merasakan kantuk, semakin banyak ketagihan karbohidrat, dan semakin besar risiko mengalami depresi.
Dalam laporan tersebut, ada komentar dari salah satu penulis dimana dia mengacu pada kondisi "kurang tidur" sebagai faktor penting. Namun, tidak menyebutkan seberapa banyak pengukuran jumlah tidur.
Saya tidak mengerti apa yang dimaksud di sini, tapi saya merasa penulis berpendapat jika rasa kantuk di siang hari setara dengan kurang tidur. Jika hal ini benar, maka saya pikir, pandangan ini terlalu menyederhanakan masalah karena banyak hal yang dapat menyebabkan orang mengantuk tidak berhubungan secara langsung dengan kurang tidur.
Pelaku utama penyebab kantuk menurut daftar pribadi saya adalah ketidakseimbangan gula darah dan khususnya episode gula darah rendah (hipoglikemia). Secara klinis, masalah ini sangat umum terjadi, karena itulah saya cukup sering menyinggungnya dalam tulisan dan kuliah saya.
Ketika seseorang mengalami penurunan tingkat gula darah, mereka tidak hanya merasa mengantuk, tetapi juga ketagihan karbohidrat. Dan karena fungsi otak umumnya tergantung pada pasokan gula (glukosa) yang baik, kita tidak akan terlalu terkejut mengetahui jika gula darah rendah dapat menyebabkan masalah gejolak suasana hati, termasuk kesedihan dan depresi.
Dengan kata lain, satu hal yang bisa menjelaskan perilaku kantuk, ketagihan karbohidrat, dan depresi mungkin bukan disebabkan karena kurang tidur namun ketidakseimbangan gula darah.
Namun, mungkinkah ada hubungan antara ketidakseimbangan gula darah dan kurang tidur? Jawaban untuk pertanyaan itu dalam pandangan saya secara tegas adalah "ya".
Salah satu efek dari gula darah rendah adalah menyebabkan tubuh mencoba menaikkan kadar gula darah secara internal melalui pelepasan gula dari hati.
Untuk melakukan ini, tubuh menaikkan secara tajam aktivitas di sistem saraf simpatik, yang memainkan bagian integral dalam respon stres. Tubuh juga dapat melepaskan hormon-hormon stres seperti adrenalin (epinefrin) yang menstimulasikan pelepasan gula.
Aktifnya respon stres tidak bagus untuk tidur. Dia dapat merusak kedalaman tidur seseorang dan kondisi kita untuk merasa benar-benar beristirahat. Lebih buruk dari itu, dia membuat seseorang bangun sekitar jam 3:30-4:00 pagi dan tidak membiarkan mereka dapat tidur kembali sampai sekitar setengah jam sebelum alarm berbunyi.
Saya telah menemukan bahwa meluruskan ketidakseimbangan gula darah dengan makanan primal atau makanan yang dikonsumsi oleh manusia zaman prasejarah yang relatif rendah-karbohidrat dapat meningkatkan energi dan suasana hati secara ajaib. Dan dalam beberapa minggu, dapat mengatasi keinginan akan karbohidrat yang biasanya merupakan penyebab masalah utama. (Dr. John Briffa / Tionghoanews)