Paduan skrining berkaitan dengan penyakit kanker sering mengalami perubahan. Bahkan, terkadang beberapa pakar tidak sepakat mengenai frekuensi aturan penapisan. Para ahli lebih mencapai kata sepakat, di antaranya pada isu kriteria wanita yang harus melakukan skrining dan pada usia berapa penapisan ini dilakukan, terutama terhadap kanker serviks. Penyebab utama kanker serviks adalah virus HPV atau (human papillomavirus).
Berdasarkan Pusat Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, HPV sangat banyak menyerang wanita.
"Namun, hanya pada sebagian orang dengan HPV dapat mengakibatkan kanker," sebut Dr Mark Einstein, seorang ahli obgyn dari Montefiore Medical Center, New York.
"Inilah yang membuat jenis kanker itu sangat sulit diskrining. Terlebih butuh waktu yang cukup lama agar akhirnya virus itu berkembang menjadi kanker. Sekitar 5- 7 tahun dari semenjak orang terinfeksi HPV hingga jadi prakanker dan akhirnya menjadi kanker serviks," kata Mark.
Selama tahap ini, sangat mungkin sistem imun menanggulangi virus tersebut, termasuk sel-sel yang menjadi abnormal tanpa intervensi medis. Bahkan,walaupun sel prakanker masih tetap bertahan, umumnya butuh waktu 5 tahun atau lebih hingga akhirnya berkembang menjadi kanker.
Dr Radhika Rible, seorang ahli obgyn dari University of California, Los Angeles, menyetujui bahwa HPV sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan. "HPV sangat lazim menghinggapi wanita, namun kebanyakan (tubuh) wanita yang masih muda dan sehat akan menghilangkan virus dengan sendirinya tanpa konsekuensi," sebutnya.
"Sangat jarang (virus) berkembang menjadi kanker. Jadi, tak perlu terlalu dipikirkan. Akan tetapi, sangat penting untuk tetap berpegang pada panduan. Sebab jika terdeteksi dini, kita dapat menghentikannya," lanjut Radhika.
Dua macam tes diujikan pada penapisan kanker serviks. Untuk pap smear, dokter akan mengambil sel dari rahim selama pemeriksaan vagina dan mengirimnya ke laboratorium untuk diteliti, apakah terdapat sel-sel yang bersifat abnormal.
Tes lain yang tak kalah populer dengan pap smearadalah skrining HPV. Tes ini untuk menguji apakah ada bukti infeksi HPV. Panduan skrining kanker serviks, seperti dikutip dari Healthday, telah diperbarui dewasa ini. Mark, yang tergabung dalam kelompok panel yang membahas aturan skrining, mengatakan, lebih dari 25 grup profesional yang dipimpin oleh The American Society for Colposcopy and Cervical Pathology, sepakat mengenai aturan skrining. Sebelumnya wanita disarankan untuk melakukan skrining setiap tahun. Namun, mengacu pada aturan baru ini, wanita diimbau untuk melakukan skrining cukup 3-5 tahun sekali.
Pengobatan infeksi HPV untuk perempuan muda dapat menyebabkan masalah kemandulan pada kemudian hari. Terlepas dari dorongan untuk memvaksinasi anak perempuan dan laki-laki terhadap HPV, para ahli sepakat bahwa sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dengan sendirinya. Infeksi itu juga tidak dapat berkembang menjadi kanker serviks selama kurun waktu satu dekade. Jadi, mereka masih punya banyak waktu untuk skrining dan pengobatan pada kemudian hari.
"Secara tidak sengaja tes skrining dapat menimbulkan bahaya," tulis para ahli dari the United States Preventive Services Task Force.
Hasil tes yang positif salah dapat menyebabkan overdiagnosis, misdiagnosis, dan potensial untuk memunculkan tes diagnostik yang tidak perlu, prosedur, perawatan, dan risiko untuk pasien. Panduan yang ada sekarang merekomendasikan wanita yang berusia di bawah 21 tahun untuk tidak melakukan skrining. Skrining dengan pap smear idealnya dilakukan setiap 3 tahun sekali untuk wanita usia 21-29 tahun. Sementara itu, wanita usia 30-65 tahun dianjurkan melakukan pap smear 3 tahun sekali dan tes HPV setiap 5 tahun sekali. Skrining bagi wanita usia 65 tahun ke atas hanya dilakukan jika mereka memiliki risiko kanker yang tinggi atau mereka tidak menjalani skrining reguler sebelum memasuki usia 65 tahun.
Panduan ini hanya berlaku bagi wanita yang sehat. Selain skrining untuk pencegahan, vaksin HPV pun dianjurkan untuk dilakukan. Karena aktivitas seksual merupakan jalan utama bagi HPV untuk bertransmisi. Vaksin ini direkomendasikan untuk wanita dan pria pada usia 11-12 tahun, sebelum mereka aktif secara seksual. Vaksin ini juga direkomendasikan bagi yang berumur 13-26 tahun meski mereka sudah aktif melakukan seks dan sekalipun mereka sudah terinfeksi HPV.
"Kendati seseorang sudah terinfeksi HPV, mereka mungkin belum terpapar virus itu sepenuhnya dan masih bisa tertangani dengan vaksin," kata Mark.
Meski begitu,vaksin tidak lantas menggantikan skrining. Penapisan tetap perlu dilakukan sesuai pedoman. Sebab, tidak seluruh virus HPV dapat tertangani oleh vaksin. [Meilinda Chen / Jakarta]