Mengetahui kondisi putrinya, sang pejabat menjadi marah karena ia menduga putrinya telah melakukan suatu hal yang tidak bermoral. Dia bergegas ke kamar putrinya dan menampar wajahnya. "Bagaimana kamu bisa melakukan hal memalukan semacam itu? Kamu adalah aib bagi keluargamu," teriak ayahnya.
Pelayan itu bersikeras bahwa putrinya tidak pernah pergi keluar sendiri dan tidak mungkin bisa melakukan hal tidak bermoral. Sang ayah tidak mau mendengar. Sang putri lari dari rumah malam itu dengan perasaan malu dan putus asa.
Dia pergi ke tepi sungai dan berpikir tidak ada seorang pun yang melihatnya di sekitar jam itu. Dengan cepat ia melompat ke sungai mencoba untuk bunuh diri. Tak disangka, tidak jauh dari tempat itu ada seorang nelayan bersama putrinya yang berusia 16 tahun sedang memancing dengan perahu dayung.
Ketika mendengar bunyi deburan yang cukup keras, tanpa berpikir panjang, putri si nelayan langsung melompat ke sungai untuk menyelamatkannya. Setelah mereka berdua berada di kapal, sang nelayan terkejut melihat gadis yang mencoba bunuh diri sebaya dengan putrinya.
Ketika putri si nelayan mengganti pakaian gadis itu, dia menemukan pembengkakan di payudara kirinya. Dia segera memahami alasan percobaan bunuh diri gadis muda tersebut. Lantas dia menceritakannya pada sang ayah dan si nelayan menjawab, "Besok pagi-pagi sekali, kita akan mencari beberapa tanaman (obat) untuk mengobati penyakit payudaranya."
Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun, berwarna kekuningan dan bergetah dengan batang tegak namun gemuk dan akar tebal. Mereka menemukan tanaman ini di sepanjang pinggir jalan tidak jauh dari sungai. Mereka memetik beberapa tanaman dengan berat sekitar 100 g, mencucinya dan merebusnya dengan air. Kemudian mereka meminta si gadis untuk meminum ramuan itu. Di saat bersamaan, mereka menumbuk beberapa tanaman dan menempelkannya pada payudara yang meradang.
Mengetahui keberadaan dan percobaan bunuh diri putrinya, si pejabat dan istrinya sangat khawatir dan sangat menyesal. Mereka bergegas mengunjungi si nelayan untuk menjemput putri mereka.
Putri mereka, bersyukur dan menangis, mengucapkan selamat tinggal pada si nelayan dan putrinya dan pulang bersama orangtuanya. Dia membawa seikat tanaman. Sebelum pergi, si nelayan mengingatkannya agar terus meminum dan menerapkan ramuan pada penyakitnya.
Setelah pulih dia meminta pembantunya untuk menanam tanaman tersebut di kebun mereka, sehingga ia akan selalu mengingat si nelayan. Karena tidak mengetahui namanya, ia menyebut tanaman tersebut dengan "tanaman nelayan", oleh karenanya tanaman ini dalam bahasa tiongkok juga berlafal seperti nelayan.
Masyarakat Tionghoa menggunakan dandelion untuk mengobati gejala-gejala tersebut dengan merebus 50g dandelion dalam dua gelas air (gelas ukuran sedang) sampai air berkurang hingga setengahnya, kemudian disaring dan meminumnya sekali sehari.
Untuk mengobati gangguan pada mata, ambil bola kapas dan rendam dalam ramuan. Kemudian tekan-tekan pada kelopak mata dalam kondisi tertutup dengan lembut selama sekitar setengah jam setiap hari. Tidak seperti kebanyakan ramuan Tiongkok, untuk mengobati radang, dandelion harus diaplikasikan secara internal maupun eksternal - baik dalam mengobati radang payudara, radang amandel, atau gondok.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan di New Chinese Medicine, dandelion efektif untuk mengobati:
1. Gangguan pencernaan dan sembelit kronis.
2. Radang payudara sebelum terinfeksi, baik untuk diminum maupun diaplikasikan pada eksternal secara bersamaan
3. Pertolongan pertama dari gigitan ular dan serangga sebelum infeksi, dan
4. Meningkatkan buang air kecil dalam mengobati gangguan buang air kecil akut, dengan rebusan sebanyak 35-70g dari dandelion segar; jumlah yang lebih kecil menghasilkan efek sedikit atau tidak.
Laporan yang sama juga menunjukkan ketika dandelion digunakan sebagai tonik perut, sebaiknya menggunakan sekitar 10-20 g setiap hari, namun bila digunakan untuk mengobati radang dan mengurangi pembengkakan, sebaiknya menggunakan 20-30g. [Renata Koh / Jakarta]