Berdasarkan para peneliti dari University of Saskatchewan, gangguan tidur ini terjadi ketika saluran pernafasan seseorang tertutup sementara saat tidur, terutama bagi orang yang suka mendengkur dalam tidurnya. Terkadang di tengah tidur, pengidap gangguan ini akan terbangun dalam kondisi 'termegap-megap'. Ironisnya, pengidap gangguan ini berisiko terkena penyakit kardiovaskular (mudah mengantuk), selalu lelah ataupun sakit kepala hingga mati mendadak.
Pasalnya, jantung juga akan tiba-tiba ikut berhenti saat pernafasan terhenti seketika. Namun pengidapnya sendiri seringkali tak yang menyadari jika mereka atau anggota keluarga mereka terkena gangguan pernafasan akut ini. Beruntung, tim peneliti dari Jerman menciptakan sebuah hidung elektronik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis sleep apnea.
* Lebih cepat
Bahkan hidung canggih ini dapat membuat diagnosis lebih cepat dan lebih murah ketimbang metode yang telah ada seperti pemeriksaan tidur semalaman (overnight sleep examination). Pasalnya secara teknis, metode ini tidak praktis serta menghabiskan banyak waktu dan biaya. Seperti dilansir The Strait Times, hidung elektronik ini mampu membedakan ada tidaknya sleep apnea pada diri seseorang dengan cara menganalisis pola senyawa organik volatil (VOC).
Dalam hal ini peneliti mengaitkan sleep apnea dengan peradangan pada saluran pernafasan bagian atas sehingga nafas yang keluar dari partisipan dianggap dapat digunakan untuk mendeteksi adanya sleep apnea pada seseorang atau tidak. Lalu peneliti menggunakan model analisis statistik untuk menghitung akurasi hidung elektronik yang mereka ciptakan.
Peneliti juga mengumpulkan sampel lendir yang ada pada tenggorokan partisipan untuk mengukur kemajuan kondisi sleep apnea partisipan pasca menjalani pengobatan CPAP. Tujuannya tak lain untuk mengetahui efektivitas pengobatan standar sleep apnea yaitu continuous positive airway pressure (CPAP). Hasilnya, hidung elektronik tersebut dapat mendiagnosis sleep apnea secara efektif. Bahkan analisis statistik menunjukkan bahwa sleep apnea pada partisipan dapat terdeteksi dengan tingkat sensitivitas hingga 93%. [Zhang Mei Ling / Jakarta] Sumber:
Catatan: Ayo kita dukung Tionghoanews dengan cara mengirim email artikel berita kegiatan atau kejadian tentang Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id dan jangan lupa ngajak teman-teman Tionghoa anda ikut gabung disini, Xie Xie Ni ...