Peneliti dari Universitas Ryerson di Toronto mewawancarai sekelompok mahasiswa tentang kualitas tidur mereka. Para peneliti menemukan hampir setengah dari mereka yang memiliki kebiasaan tidur buruk juga bisa memiliki fobia gelap terkait.
Tim ini menilai tingkat gelap-terang lingkungan dengan merekam jumlah kedipan mata yang mengikuti kebisingan. Dalam kegelapan, mereka yang memiliki kualitas tidur yang baik, tidak akan terganggu oleh kebisingan, sedangkan yang memiliki kualitas tidur buruk akan menjadi lebih waspada.
Hasil ini menyoroti kebutuhan untuk memperbaiki strategi pengobatan insomnia saat ini yang menganggap insomnia terkait dengan psikologis kecemasan dengan kamar tidur.
"Penderita insomnia menjadi lebih waspada dan kadang-kadang cemas ketika mereka naik ke tempat tidur," jelas peneliti utama Colleen Carney dalam sebuah wawancara email dengan media.
"Kami berangapan kondisi ini sebagai halangan untuk memasuki tahap tidur nyenyak (deep sleep) karena berulang kali terbangun akibat kecemasan dalam gelap."
"Kami memperlakukan ini dengan kontrol stimulus, yaitu, kita meminta orang untuk meninggalkan tempat tidur dan kamar tidur ketika mereka cemas atau tidak bisa tidur, dan kembali ke tempat tidur ketika mereka merasa mengantuk."
Namun, temuan baru menunjukkan bahwa pengobatan ini mungkin tidak memadai untuk beberapa hal karena tidak mengatasi ketakutan mereka terhadap gelap.
"Kemungkinan lain adalah menangani fobia yang pertama dan kemudian melanjutkan dengan pengobatan insomnia," kata Carney.
"Ini adalah studi pertama di area ini sehingga perlu banyak pembelajaran sebelum membuat komentar yang definitif," tambahnya. "Namun, dokter perlu mempertimbangkan kemungkinan rasa takut terhadap gelap dalam penilaian susah tidur mereka."
Temuan akan disajikan hari ini di Boston pada SLEEP 2012, pertemuan tahunan 26 dari Associated Professional Sleep Societies. [Suzanna Liu / Jakarta]