Laman Dailymail.com, Senin (27/2), merilis penemuan,yang menurut para ahli akan menentang pandangan yang berlaku bahwa perempuan memiliki sejumlah telur di suatu kesempatan dan tidak menghasilkannya lagi seperti pria yang terus memproduksi sperma.
Para peneliti di Massachusetts General Hospital berhasil menemukan telur yang memproduksi sel induk dalam ovarium wanita usia reproduksi dan telur itu tumbuh belum matang yang dikenal sebagai oosit. Hal ini normal dan saat ditanamkan dalam jaringan hidup ovarium manusia-yang dicangkokkan di dalam tikus - ia tumbuh secara normal selama dua pekan.
Dr Jonathan Tilly, yang memimpin studi ini mengatakan riset ini akan membuka pintu bagi pengembangan teknologi yang sebelumnya belum pernah terjadi untuk mengatasi ketidaksuburan wanita dan bahkan mungkin menunda waktu kegagalan ovarium.
"Saat sel-sel ini dipelihara di luar tubuh, akan lebih senang membuat selnya sendiri dan jika kita dapat membimbing prosesnya. Saya pikir itu membuka kemungkinan suatu saat nanti kita bisa sampai ke titik memiliki sumber terbatas telur manusia," ujarnya.
Untuk alasan hukum, para ilmuwan tak dapat menggunakan sel-sel telur untuk menciptakan sebuah embrio. Namun sel induk yang sama diambil dari tikus dan dibuahi dan menghasilkan embrio. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine. Dr Allan Pacey, pakar kesuburan di Universitas Sheffield, mengatakan kepada BBC: "Ini adalah studi yang bagus yang menunjukkan cukup meyakinkan bahwa indung telur perempuan mengandung sel induk yang dapat membagi dan membuat telur.
"Itu membuka sejumlah kemungkinan menarik untuk melestarikan kesuburan wanita yang menjalani pengobatan untuk kanker, atau mungkin saja bagi wanita yang menderita infertilitas dengan mengekstraksi sel-sel dan membuat telur barunya di laboratorium," tambahnya.
Satu dari enam pasangan di Inggris diperkirakan memiliki masalah kesuburan. Jam biologis yang terbatas membuat perempuan menjadi isu hangat dalam beberapa tahun terakhir terkait peningkatan jumlah wanita yang menunda menjadi seorang ibu. [Zhang Mei Ling / Jakarta]