Dalam studi yang dipublikasikan dalam Journal of American Dietetic Association, para peneliti menemukan bahwa perempuan berusia 40-50 tahun yang makan terlalu cepat lebih cenderung menjadi gemuk daripada mereka yang makan lambat.
Sementara itu, Osaka University telah memantau kebiasaan makan dari 3.000 orang dan menemukan laki-laki yang cepat makan 84 persen lebih mungkin kelebihan berat badan, sedangkan perempuan dua kali lipatnya.
Makan terlalu cepat akan mengesampingkan mekanisme yang memberi tahu otak bahwa kita kenyang, jelas Ian McDonald, profesor fisiologi metabolik di Universitas Nottingham. "Syaraf mengirimkan sinyal ke otak bahwa perut melebar," katanya.
"Pada saat yang sama, hormon ghrelin yang diproduksi ketika perut Anda kosong untuk memicu pesan kelaparan mulai menurun. Ini memakan waktu sekitar 20 menit setelah Anda mulai makan untuk memberi pesan agar berhenti makan dalam mencapai otak. Sederhananya, makan terlalu cepat cenderung membuat perut berlimpahan makanan karena makan berlebihan."
Ia melanjutkan, "Banyak orang yang terbiasa makan cepat saat anak-anak dan kebiasaan itu terbawa sampai dewasa."
Tidak hanya itu, makan terlalu cepat juga bisa meningkatkan risiko asam refluks, kata peneliti di Universitas Kedokteran Carolina Selatan. Studi mereka menunjukkan bahwa makan makanan 690 kalori dalam lima menit jika dibandingkan dengan 30 menit berisiko lebih memicu asam refluks hingga 50 persen. Itu karena saluran pencernaan kelebihan beban disebabkan gumpalan makanan yang lebih besar sehingga memicu kelebihan asam lambung.
Selama beberapa bulan, penderita dapat mengembangkan penyakit refluks gastroesophagul terkait dengan masalah yang lebih serius termasuk penyempitan kerongkongan dan pendarahan.
Oleh karena itu, disarankan, untuk mengunyah makanan dengan benar. "Anda harus menghabiskan setidaknya 20 menit selama makan," kata Dr Forecast. Ia juga menyarakan agar kita berdiri untuk mengukur seberapa kenyang tubuh kita. "Jika Anda merasa nyaman dan perut tak terasa penuh saat berdiri, Anda sudah cukup makan." [Jeni Wang / Semarang / Tionghoanews]