Menurut pakar Teknologi Kimia Universitas Ma Chung Malang, Leenawaty Limantara, zat pewarna alami sebenarnya mudah ditemukan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami, seperti buah-buahan atau tumbuhan, namun sifat warnanya yang kurang stabil membuatnya tidak banyak dilirik.
Karena itu, kata dia, kelemahan zat pewarna alami itu menjadi pekerjaan rumah para ilmuwan untuk mengatasinya, dan sebenarnya kelemahan itu sudah bisa teratasi dengan berbagai metode modifikasi kimiawi.
"Ada beberapa cara menguatkan stabilitas zat pewarna alami, mulai memodifikasi pusat logam klorofil, menggunakan teknologi nano, dan sebagainya," kata Leenawaty yang juga Rektor Universitas Ma Chung Malang itu.
Universitas Ma Chung, kata dia, tengah mengembangkan zat pewarna alami yang memiliki sifat kuat tak kalah dengan pewarna sintesis dan siap memasarkannya, apalagi selama ini belum ada zat pewarna alami yang dijual di pasaran.
"Zat pewarna alami yang dikemas spesifik untuk makanan selama ini memang belum ada. Kalaupun ada, tidak spesifik untuk makanan, misalnya bubuk kunyit yang banyak dijual di pasar, dan sebagainya," katanya. [Meilinda Chen / Jakarta / Tionghoanews]