Sejumlah kasus serupa juga pernah terjadi di era 1980-an tetapi hal itu dahulu hanya bisa dilakukan jika penerima pertama meninggal dunia. Biasanya jika organ cangkokan gagal berfungsi di pasien yang masih hidup, dokter akan mengambil organ tersebut dan membuangnya. Namun dengan semakin banyaknya pasien yang membutuhkan organ cangkokan, para spesialis mengatakan dokter harus mempertimbangkan pilihan mendaur ulang organ untuk menolong pasien lain.
"Kebutuhan akan transplantasi tidak sesuai dengan kapasitas yang tersedia," kata Dr. Lorenzo Gallon, seorang spesialis transplantasi dari Universitas Northwestern yang menyaksikan operasi daur ulang ginjal di Chicago. "Banyak orang yang telanjur meninggal dunia ketika menunggu ginjal cangkokan tersedia," ujarnya seperti dikutip BBC Indonesia, Jumat (27/4).
Ginjal cangkokan hanya bertahan dua minggu di tubuh pasien pertama, seorang pria berusia 27 tahun dari Illinois. Penyakit yang merusak ginjalnya mulai menggerogoti ginjal baru yang ia dapat dari saudara perempuannya. Sakitnya bertambah parah dan dokter harus bertindak cepat untuk menyelamatkan organ tersebut. Dengan izin dari pria itu dan saudaranya, mereka mengambil ginjal tersebut Juli tahun lalu dan mencangkokkannya ke pria berusia 67 tahun dari Indiana.
Meski pun demikian, daur ulang organ cangkokan sulit dan berisiko karena dokter bedah harus menangani jaringan luka yang biasanya terbentuk di sekitar organ saat tubuh menjalani proses pemulihan dari operasi. Juga, Wayne Shelton, seorang ahli etika biologi dari Albany Medical College di New York, mengatakan praktek itu memunculkan pertanyaan-pertanyaan etis.
Ia mengatakan dokter harus memastikan pasien yang ditawari ginjal bekas mengerti semua risiko dan tidak merasa seolah-olah mereka dipaksa untuk menerima organ daur ulang. Dan karena kasus-kasus ini sangat jarang terjadi, tidak ada banyak data bagaimana pasien dengan organ daur ulang bertahan.
Dalam kasus di Chicago, Ray Fearing menerima ginjal baru yang kemudian digunakan kembali oleh Erwin Gomez, seorang ahli bedah yang memahami kesulitan medis yang ada. Fearing mengatakan awalnya ia kecewa dan enggan memberikan organ yang menjadi satu-satunya harapan hidupnya namun ia kemudian memutuskan hal itu lebih baik dari pada ginjal itu menjadi rusak dan tidak berfungsi.
Gomez dipilih karena ia adalah pasien yang cocok secara medis dan latar belakang kedokteran yang ia miliki akan membantunya mengerti betapa riskannya operasi ini. Operasi pengambilan dan pencangkokan ulang berlangsung 1 Juli lalu. Dalam dua hari, ginjal cangkokan itu berfungsi normal di tubuh barunya.
Gomez kini mengonsumsi obat anti penolakan organ dan berhenti cuci darah. "Akhirnya saya merasa normal," kata Gomez. Fearing kembali melakukan cuci darah tapi kondisinya baik. Meski ia kurang beruntung, Fearing mengatakan ia "sangat bahagia karena bisa menjadi bagian terobosan medis" dan ia berkesempatan menolong orang lain. [Suzanna Lao / Jakarta]
* Sumber: Google Search Engine