Profesor Mark Wilcox, Direktur Klinik Mikrobiologi di Leeds Teaching Rumah Sakit NHS Trust, mengatakan, membuka penutup memungkinkan sejumlah bakteri untuk menyebar ke udara dan menetap di permukaan dekatnya. Hal ini meningkatkan risiko kuman diare menular kepada orang lain.
"Hal ini sangat jelas bahwa penutup ada karena suatu alasan," kata Profesor Wilcox kepada Mail Online, Selasa (3/1).
Profesor Wilcox dan kolega dari Leeds University melakukan penelitian untuk melihat bagaimana menggunakan tutup toilet dapat mempengaruhi penyebaran penyakit, khususnya di rumah sakit. Mereka menggunakan bilik toilet yang disterilkan dan menciptakan 'efek diare' dalam mangkuk yang menggunakan sampel tinja yang telah terinfeksi bakteri super dari rumah sakit C. difficile. Bakteri tersebut merupakan salah satu kuman dalam kotoran manusia yang bisa memicu diare.
Mereka menemukan C difficile terbawa hingga ketinggian 10 inci atau 25 sentimeter ketika dudukan toilet terbuka dan masih terdeteksi di udara sampai 90 menit kemudian.
Ketika tutupnya ditutup, tidak ada C. difficile yang ditemukan pada permukaan apa pun, tapi ketika itu terbuka bakteri ditemukan di bak air, di sisi kanan dan kiri dari kursi toilet dan di lantai.
"Kami kemudian memberikan pewarna sayuran di mangkuk air, mengangkat, dan meletakkan tutup plastik di atas dudukan toilet. Setelah kami menyiram toilet, kami menyemprotkannya dalam jumlah besar. Dengan menempatkan film di atas kertas filter dan kami menemukan bahwa toilet dapat menyebarkan hingga 50 titik (bakteri) persiraman," kata Profesor Wilcox.
Sang profesor mengatakan bahwa membiarkan tutup terbuka akan menjadi bahaya besar bagi kesehatan. Dari temuan itu mereka menyarankan meskipun tidak mungkin pasien setidaknya memiliki toilet khusus.
Dia menambahkan bahwa penelitian mereka juga memiliki implikasi yang lebih luas. "Ini akan lebih bijaksana jika menutupnya setelah pembilasan. "Saran kami, meletakkan tutupnya jika itu ada dan mencuci tangan Anda setelah itu." [Sizilia Lee / Jakarta]