Kadar kolesterol rendah dihubungkan dengan peningkatan risiko atensi impulsif (tindakan yang dilakukan tanpa pemikiran panjang) pada pasien yang mengalami perubahan gejolak hati tak menentu, menurut sebuah studi terbaru yang dilakukan di Universitas Roma.
"Tindakan impulsif secara langsung disebutkan dalam ... kriteria diagnostik pada beberapa gangguan dan dapat diimplikasikan pada kriteria orang lain, termasuk gangguan ADHD (attention-deficit hyperactivity disorder, suatu gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan), gangguan kepribadian, maniak, dan penyalahgunaan atau ketergantungan obat," tulis penulis studi Alfonso Troisi dalam jurnal Psychiatry Research.
Troisi mencatat, "Bukti yang menghubungkan tingkat impulsif dan kadar kolesterol dengan risiko bunuh diri membuktikan adanya relevansi klinis antara tingkat kolesterol dan impulsivitas."
Pada studi 301 pasien di rumah sakit jiwa, setelah memperhitungkan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, diagnosis, dan gejala suasana hati saat ini, para peneliti menemukan bahwa total kadar kolesterol yang lebih rendah berkaitan dengan peningkatan impulsifitas atensi, khususnya diantara pasien dengan tingkat di bawah 165 mg / dl.
Troisi menyimpulkan: "Studi saat ini menambah bukti-bukti yang menunjukkan hubungan antara serum kolesterol dengan kesehatan mental.... Menimbang bahwa impulsifitas atensi atau kognitif memiliki faktor risiko bunuh diri menunjukkan bahwa pasien yang memiliki kadar kolesterol rendah dan gejala perubahan suasana hati yang tidak menentu mungkin akan mengalami peningkatan perhatian dan pengawasan klinis.".
Siapa yang mengatakan pada pasien jika menurunkan kolesterol melalui diet makanan atau obat-obatan kemungkinan mengalami konsekuensi yang mengerikan ini?
* Vitamin D Rendah
Penyakit mental lain yang terkait dengan makanan modern adalah skizofrenia, suatu gangguan yang ditandai dengan halusinasi, delusi (keyakinan akan suatu peristiwa atau kondisi tertentu yang sebenarnya tidak terjadi), dan perilaku paranoid.
Penderita skizofrenia mungkin mengalami kesulitan mengatur pekerjaan dan hubungan sosial. Para peneliti di Australia menemukan bahwa bayi baru lahir yang memiliki tingkat vitamin D rendah-kemungkinan besar terjadi karena sang ibu menghindari lemak hewan dan sinar matahari-lebih mungkin menderita skizofrenia di kehidupan selanjutnya.
Melanjutkan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa penderita skizofrenia lebih mungkin dilahirkan pada musim dingin atau musim semi (di negara yang memiliki empat musim), tim ilmuwan dan dokter di Queensland Brain Institute mengamati sampel darah secara seksama bayi-bayi di Denmark.
Studi ini menemukan bahwa bayi dengan kadar vitamin D rendah memiliki risiko dua kali menderita skizofrenia daripada bayi pada kelompok pengontrol sehat.
Studi ini mengingatkan kita pada kondisi Inuit (penduduk asli Amerika yang tinggal di tempat-tempat dingin di Kanada Utara dan Alaska) yang disebut "pibloktoq". Terjadi di akhir musim dingin atau di awal musim semi, gangguan tersebut menunjukkan perilaku cepat naik darah atau penarikan diri dari masyarakat, perasaan gembira meluap-luap yang terjadi tiba-tiba dimana korban melarikan diri dari kamp dan melakukan tindakan irasional dan berbahaya, kejang-kejang koma atau pingsan selama 12 jam, dan kembali normal. [Liana Yang / Surabaya / Tionghoanews]